Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Tangerang kini menghadapi badai kritik menyusul dugaan penyimpangan serius dalam proyek penataan halaman SDN Ranca Buaya 1 di Kecamatan Jambe.
Proyek yang seharusnya menjadi cerminan peningkatan fasilitas pendidikan ini justru diduga menjadi sarang praktik mark-up dan dikerjakan dengan kualitas konstruksi yang membahayakan.
Ketidakberesan proyek ini terkuak jelas di lokasi. Dalam pantauan tim media pada Jumat (14/11), terlihat para pekerja secara terang-terangan menggunakan kembali puing batu bata bekas bongkaran pagar lama untuk menambal sisa-sisa pekerjaan, alih-alih memanfaatkan material baru yang semestinya.
Salah seorang pekerja berinisial YD membenarkan praktik ini. "Iya, ini batu bata yang bekas di pakai lagi," cetusnya saat dikonfirmasi.
Ketika ditanyakan mengenai material baru, YD menimpali, "Gak di kasih batu bata yang barunya, ada juga Bata Ringan (Hebel), tapi itu untuk di bagian yang atasnya."
Aspek yang paling mengkhawatirkan adalah integritas struktural pagar sekolah yang baru dibangun.
Pagar tersebut terlihat miring (doyong) dan sangat tidak kokoh karena kontraktor mengabaikan pembongkaran fondasi lama yang sudah lapuk.
Proyek ini terkesan hanya menumpuk material baru di atas struktur rapuh yang sudah ada.
Kekhawatiran tersebut juga disuarakan oleh pekerja lainnya di lokasi. "Iya sih, ini mah hanya di luruskan saja, kalau untuk kekuatan struktur bangunan sepertinya tidak menjamin. Seharusnya dibongkar dulu," jelasnya, mengindikasikan bahwa metode pengerjaan melawan prinsip dasar konstruksi yang kokoh.
Metode kerja yang tidak profesional dan terkesan terburu-buru ini memperkuat dugaan adanya penggelembungan dana (mark-up) yang terstruktur.
Ada indikasi kuat bahwa anggaran pendidikan ini dibungkus sedemikian rupa untuk menghasilkan keuntungan pribadi yang fantastis, mengorbankan kualitas fasilitas bagi siswa-siswi SDN Ranca Buaya 1 yang berakreditasi B ini.
Kasus ini telah mencoreng citra dan komitmen Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Kelemahan pengawasan Dindik, yang diduga kuat tanpa kehadiran pengawas teknis di lapangan, menjadi pemicu utama amburadulnya proyek ini.
Masyarakat menuntut Dindik Kabupaten Tangerang segera bertindak tegas. Pengawasan proyek harus ditingkatkan secara drastis, dan transparansi anggaran harus ditegakkan untuk memastikan bahwa setiap rupiah uang rakyat digunakan untuk menghasilkan fasilitas pendidikan yang layak dan berkualitas, bukan sekadar proyek yang menghamburkan dana publik demi kepentingan pribadi.
red: tiem



